Hhhmm.. dia, lagi-lagi nama yang takan disebutkan.
Saya cukup belajar banyak dari dia, tentang bagaimana menghadapi perihnya sakit hati, tentang bagaimana mendekati tuhan, tentang bagaimana menjadi bijaksana untuk mengambil keputusan.
Di satu sisi, saya menghargainya, sangat menghargainya sebagai salah satu sahabat saya, yang yah.. cukup jauh untuk dijangkau.
Tidak banyak waktu yang kita habiskan bersama, dan tidak banyak moment yang kita lalui bersama.
Tapi apa itu perlu??
Tapi apa itu perlu??
Saya rasa tidak.
Ikatan batin, atau ketulusan hati kita yang mungkin ditandai dengan beberapa hal.
Mulai dari dialah yang saya anggap penting untuk tau bagaimana keadaan saya saat ini.
Dialah yang pertama kali akan saya hubungi bila saya menglamai suatu hal, baik atau buruk, bahkan untuk hal-hal yang tidak penting.
Dialah yang saya sebut (meskipun bukan pertama) tentang siapa orang yang kamu bilang 'sahabat'
Saya memang sangat bisa terbuka kepadanya.
Mulai dari cerita bodoh sampai cerita saya hampir mati.
Tapi ada hal yang mungkin akan menjadi dosa dan dusta seumur hidup saya.
Bahwa saya menyimpan satu cerita besar tentang saya, yang bagi saya sangat kecil untuknya.
Cerita yang selayaknya perlu dia tau karena mungkin ini ada hubungannya dengan dia.
Meski kenyataannya, selama ini saya selalu juara untuk bisa tetap menyimpan cerita itu jauh di dalam hati saya.
Namun di hati kecil, kemarahan saya serta kepedihan saya tentang semua yang tidak adil ini selalu membuat saya ingin berteriak lantang kepadanya tentang siapa saya, tentang lelahnya saya menampung segala dusta.
Hingga saya bersyukur, bahwa kehebatan saya untuk tetap diam membuat saya mendapatkannya.
Saya tidak tau apa hal ini sependapat, apa yang saya rasakan tentang dia dimilikinya juga, tapi saya berharap begtu.
Saya merindukannya, hanya saja hal itu saya yakin tidak dirasakannya.
PS:Setelah kamu membuat saya tersindir, saya harap kamu tersindir juga :D